Friday 13 January 2012

Kelinci, Alternatif Sumber Penganekaragaman Konsum Pangan

Dari  penelitian dan perhitungan ekonomis, ternyata kemampuan kelinci untuk menghasilkan daging adalah 20 kali lipat dibanding dengan sapi dalam kurun waktu yang sama”.  Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pertanian dalam pembukaan Bogor Rabbit Festival,  Minggu, 8 Januari 2012.  Hadir dalam acara tersebut Kepala Badan Litbang Pertanian, anggota Komisi IV DPR RI, Bupati Phakpak Barat serta para peternak dan pengusaha kelinci.
Acara Bogor Rabbit Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan budidaya dan manfaat dari kelinci, terutama untuk tujuan ekspor.  Pada acara tersebut juga diselenggarakan berbagai acara seperti pelatihan budidaya kelinci, demo masak berbahan kelinci, lomba mewarnai dan acara inti yaitu kontes kelinci.  Selain itu diadakan soft launching kelinci Reza yang merupakan silangan unggul.

Kelinci merupakan salah satu komoditas yang layak untuk ditonjolkan dan dikembangkan secara luas guna penganekaragaman konsumsi pangan.  Hal ini tentunya sesuai dengan arahan Presiden SBY dalam pencangan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.  Gerakan ini bertujuan untuk menggerakan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang lebih beragam, bergizi seimbang terutama yang dapat di produksi di tingkat lokal.
Saat ini usaha peternakan kelinci di Indonesia telah berkembang di hampir seluruh propinsi, dengan pola pengelolaaan yang relative sederhana. Sentra produksi kelinci yang telah terbentuk berada di Berastagi, Bogor, Lembang, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Magelang, Semarang, Temanggung, Batu, Malang, Magetan, Blitar, Kediri, Bedugul-Tabanan dan Wamena di Papua. Namun pasar kelinci ternyata juga terdapat di Sumbar, Lampung, Batam, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Sulut. Saat ini telah berkembang konsep pengembangan kelinci sebagai industri berbasis kelompok, dengan nama ‘Kampoeng Industri Kelinci”. Analisis ekonomi menunjukkan bahwa dimana kelompok peternak kelinci dengan anggota minimal 100 orang dengan rataan induk sebanyak 20 ekor/kk.
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak)

No comments:

Post a Comment