Monday, 10 October 2011

KONFERENSI PERTANIAN INDONESIA 2011

PRESS RELEASE KONFERENSI PERTANIAN INDONESIA 2011
BOGOR, 1-2 OKTOBER 2011

Konferensi Pertanian Indonesia diadakan pada 1-2 Oktober 2011 di gedung Auditorium Sumardi Sastrakusumah, Fakultas  Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian bogor. Mengambil tema Bergerak Sinergi sebagai Tanggung Jawab Bersama dalam Memajukan Pertanian Indonesia, konferensi ini bertujuan untuk mencari solusi dari berbagai masalah pertanian di Indonesia dari pihak mahasiswa dan stake holder pertanian. Hari pertama konferensi dihadiri oleh mahasiswa dari beberapa daerah di Indonesia yang memiliki fakultas pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan. Peserta yang hadir berjumlah 56 orang dari 11 universitas, yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas Jember, Universitas Siliwangi, Universitas Pembangunan Negara Veteran Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Soedirman, Universitas Padjajaran, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Universitas Lampung dan Universitas Islam Riau.
Acara berlangsung mulai pukul 08.00–15.45 WIB. Acara dibuka pada tgl 1 Oktober 2011 dengan penampilan Pencak Silat Riau. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari ketua panitia konferensi pertanian Indonesia, Adhiaksa Noegraha dan ketua BEM KM IPB, M. Reza Pahlevi sekaligus membuka acara konferensi secara resmi. Acara kemudian diarahkan ke sesi diskusi sesuai bidang masing-masing di ruangan terpisah.  Bidang pertanian dan kehutanan di ruang P23 dan ruang P24 untuk bidang perikanan dan peternakan.
Diskusi di bidang pertanian dan kehutanan dipimpin seorang moderator yaitu Arif Rafi Wibowo (Ketua BEM Fakultas Pertanian IPB), sedangkan di bidang perikanan dan peternakan dipimpin oleh Lutfi Briliant Wanda (Ketua BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB). Dari masing-masing bidang merumuskan solusi dari topik kajian yang ada. Topik kajian terbagi atas lima bahasan, yaitu:
1.    Peran dunia pendidikan terhadap kemajuan pertanian Indonesia
2.    Kontribusi lulusan pertanian dalam membangun pertanian Indonesia
3.    Optimalisasi SDM pertanian guna mendukung pembangunan pertanian Indonesia yang berkelanjutan
4.    Kebijakan penanganan langsung terhadap permasalahan pertanian dan kesejahteraan petani
5.    Pergerakan mahasiswa pertanian, perikanan, kehutanan, dan peternakan Indonesia.
Hasil dari diskusi setiap bidang kemudian dirumuskan bersama-sama di Auditoriom Sumardi Sastrakusumah untuk diambil kesimpulan dan poin-poin penting yang akan disampaikan kepada stake holder pertanian pada kegiatan hari ke-2.
Adapun hasil dari diskusi Mahasiswa pada hari pertama konferensi pertanian Indonesia antara lain:
1.    Peran Dunia Pendidikan terhadap Kemajuan Pertanian Indonesia
a.    Adanya wahana yang dapat menggabungkan riset akademisi dan pelaksanaan teknis (masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa)
b.    Pembekalan kepada lulusan pertanian untuk dunia pasca kampus
c.    Institusi menjamin dan mendorong lulusannya bergerak di bidang keahlian masing-masing
d.    Kerjasama kewirausahaan dalam bidang pertanian

2.    Kontribusi Lulusan Pertanian untuk Membangun Pertanian Indonesia
a.    Mengoptimalkan peran himpunan alumni Pertanian untuk berkontribusi di dunia Pertanian
b.    Perlunya dukungan stakeholder dalam bidang pertanian
c.    Lulusan wajib bergerak membangun pertanian di daerahnya masing-masing

3.    Optimalisasi SDM Pertanian Guna Mendukung Pembangunan Pertanian Indonesia yang Berkelanjutan
a.    Pemerataan SDM potensial  ke seluruh wilayah Indonesia
b.    Optimalisasi penyuluh dalam bidang pertanian, kehutanan, peternakan, dan perikanan

4.    Kebijakan Penanganan Langsung terhadap Permasalahan Pertanian dan Kesejahteraan Petani
a.    Adanya kebijakan hukum yang jelas tentang kepemilikan modal asing di bidang pertanian
b.    Perlindungan pemerintah terhadap petani
c.    Penguatan kelembagaan pertanian untuk meningkatkan posisi tawar, mempermudah akses permodalan petani, dan percepatan pembangunan pertanian


5.    Pergerakan Mahasiswa Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Peternakan Indonesia
a.    Melaksanakan program kemitraan dengan Desa di setiap universitas sebagai langkah nyata dalam upaya membangun masyarakat lokal
b.    Meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam menyampaikan opini dan gagasan melalui media massa
c.    Melakukan inovasi teknologi dalam kampus yang dicontohkan langsung kepada petani
d.    Sinergisasi bidang pertanian perikanan, peternakan, dan kehutanan serta bidang lain yang terkait dalam memajukan Pertanian Indonesia
Hari kedua Konferensi Pertanian Indonesia pada 2 Oktober 2011, dihadiri oleh peserta yang terdiri dari mahasiswa, pengusaha, pemerintah, LSM, Media massa dan petani. Peserta yang hadir berjumlah 85 orang mahasiswa IPB serta delegasi dari 10 universitas di Indonesia, yaitu Universitas Jember, Universitas Siliwangi, Universitas Pembangunan Negara Veteran Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Soedirman, Universitas Padjajaran, Universitas Lampung dan Universitas Islam Riau. Hadir pula beberapa instansi, yaitu KOMISI IV DPR RI, IIBF, Agrina, Perhutani, Ditjen Tanaman Pangan, BPSDM KKP, Balitbang Pertanian, DPN APTRI, P2SDM IPB, BP4K, NASTARI, Koramil dan Kodim Bogor, LPPM IPB, ISMAPETI,  PPNSI, HKTI, Kampuskandaglu, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, POSDAYA IPB , Petani lingkar Kampus serta beberapa instanti pertanian lainnya .
Acara dimulai pukul 08.30 WIB, dengan sambutan dari ketua panitia Konferensi Pertanian Indonesia, Adhiaksa Noegraha, dan Bapak Bambang Riyanto, S.Pi, M.Si (Kepala Sub Direktorat Badan Minat Bakat dan Penalaran  IPB). Sebelum acara inti yaitu diskusi panel di mulai, Tari Piring dari Organisasi Mahasiswa Daerah Minang IPB menyambut para Tamu undangan yang hadir. Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang merupakan wadah penyampaian hasil diskusi yang telah dilakukan pada hari pertama oleh mahasiswa kepada stake holder. Diskusi panel dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama dimulai pukul 09.15-11.15 WIB yang membahas tentang Optimalisasi Kontribusi SDM Pertanian Untuk Meningkatkan Pertanian yang Berkelanjutan. Pada sesi pertama ini dipimpin oleh Bapak Dadan Mulyana S. Hut, M. Si (Dosen Fakultas Kehutanan IPB). Pada topic ini sepakat dari berbagai pihak, seperti Bapak Nana Sukmana dari BP4K, Bapak Yul H. Bahar perwakilan Ditjen Hortikultur, Bapak Murrsyid Ma’sum perwakilan dari Ditjen Peternakan dan Perikanan, Bapak Robert H. Sinaga dari Ditjen Perkebunan, Bapak Moch. Nurhudah dari BPSDM KKP, Bapak Warcito dari P2SDM LPPM IPB, serta perwakilan Mahasiswa bahwa SDM Pertanian adalah modal pengembangan Pertanian Indonesia, SDM pertanian harus memiliki satu pemikran yang sama yaitu untuk memajukan Pertanian Indonesia. Bapak Yul H. Bahar menyatakan bahwa saat ini masih sulit menemukan Sarjana Pertanian (arti luas) yag siap “pakai”, yang dapat memadukan serta memanfaatkan SDA yang ada untuk peningkatan kualitas serta kuantitas hasil pertanian tersebut. Bapak Nana mengatakan bahwa jumlah penyuluh pertanian masih terhitung sedikit dibandingkan luasan pertanian Indonesia. Bapak Warcito menambahkan bahwa di bidang pendidikan pun sudah mendorong mahasiswa untuk banyak turun ke desa melaui beberapa program pengembangan SDM pertanian, seperti Bina Desa mauoun Posdaya.
Sesi kedua membahas Kebijakan Terhadap Permasalahan dan Kesejahteraan Petani yang dimoderatori oleh Bapak Feryanto W. Karokaro, S.P, M. Si (Dosen Agribisnis IPB) dimulai pukul 11.25-13.00 WIB.
Sesi ketiga dimulai pada pukul 14.00-15.45 WIB yang dipandu oleh Bapak Iyep Mulyana S. Pt (Dosen Fakultas Peternakan IPB) yang mengangkat tema diskusi Tantangan Pertanian Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas AFTA). Pada topic ini Bapak Ketua Komisi 4 DPR RI, Bapak M. Romahurmuziy mengatakan bahwa Indonesia sudah siap menghadapi tantangan perdagangan bebas asalkan kita sebagai masyarakat Indoesia cinta akan produk Indonesia. Hal ini di dukung kuat oleh Presiden IIBF, Bapak Heppy Trenggono yang menyatakan bahwa barang-barang hasil prdokusi Indonesia sebenarnya lebih berkualitas dan memiliki nilai mutu yang lebih baik dari pada barang buatan luar negeri. Untuk itu Bapak Heppy menggalakan dan mengajak masyarakat Indonesia untuk membeli Indonesia agar kita bisa bangkit dan siap menghadapi tantangan perdagangan bebas.
Dari ketiga tema tersebut dihasilkan suatu akumulasi solusi dan rangkuman yang telah disepakati bersama seluruh steak holder pertanian Indonesia bentuk termasuk Mahasiswa. Kemudian sebagai bentuk nyata, dilakukan penandatanganan suatu komitmen bersama antara mahasiswa dan stake holder pertanian (dalam arti luas)  dari perwakilan instansi dan universitas yang hadir. Dukungan serta tanggapan yang baik sangat diberikan oleh seluruh perwakilan dari Instansi Pertanian (arti luas) yang hadir pada kegiatan ini. Follow up dari hasil Konferensi ini akan di usahakan oleh setiap steak holder pertanian yang hadir termasuk Mahasiswa Pertanian (arti luas) Indonesia.  Bapak Ketua Komisi 4 DPR RI mengharapkan hasil dari Konferensi Pertanian ini bias sampai kepada Komisi 4 dan akan disampaikan untuk di buat rencna aplikasi yang baik yang dapat mendukung kesejahteraan petani dan kemajuan Pertanian Indonesia. Dokumentasi para peserta, panitia konferensi bersama stake holder menutup rangkaian acara Konferensi Pertanian Indonesia 2011 pada pukul 16.10 WIB.
Adapun hasil kesepakatan dari Konferensi Pertanian Indonesia 2011:


HASIL KONFERENSI PERTANIAN INDONESIA 2011

Tema : Mengoptimalkan Kontribusi SDM Pertanian untuk Meningkatkan Pertanian yang    Berkelanjutan.
1.        Adanya promosi dan kampanye berskala besar dan gencar tentang produk pertanian (dalam arti luas) guna meningkatkan daya jual produk pertanian.
2.        Pengembangan teknologi tepat guna dan pengembangan SDM yang terpadu dan berkelanjutan agar dapat memaksimalkan sumber daya alam dengan baik.
3.        Pembangunan pertanian yang berbasis lingkungan dan kearifan local.
4.        Perlu adanya program Sarjana Menbangun Desa (SMD) yang dapat membantu membangun desa serta dapat membantu sebagai tenaga penyuluh pertanian.
5.        Menggalakkan sekolah khusus pertanian setingkat SMA/SMK.
6.        Adanya bentuk kerja sama yang konkrit antara mahasiswa dan para stake holder pertanian untuk menindaklanjuti kegiatan penelitian dan pengembangan masyarakat yang unik yang dilakukan mahasiswa.
7.        Kerja sama akademisi, pengusaha, pemerintah dan masyarakat yang baik untuk membangun pertanian yang lebih baik lagi.
  Tema: Kebijakan Terhadap Permasalahan dan Kesejahteraan Petani
1.      Pertanian merupakan hak dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat dan sebagai identitas suatu bangsa sehingga perlu adanya perhatian khusus dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
2.      Kepastian data diperlukan untuk menunjang kebijakan yang akan diterapkan, baik kebijakan impor maupun untuk para petani.
3.      Koordinasi yang kuat dan kontinu antarkementerian di Indonesia dalam merumuskan suatu kebijakan dan penerapan kebijakan tersebut.
4.      Pengambilan kebijakan satu atap.
5.      Perlu adanya suatu targetan yang ditunjang dengan program yang mendukung.
6.      Adanya bentuk dukungan dan penghargaan kepada petani untuk memotivasi kinerja dalam membangun Pertanian Indonesia.
7.      Memperkuat sistem keamanan dan hukum di bidang pertanian secara luas.
8.      Mengembangkan varietas produk lokal.
9.      Diperlukan adanya pelatihan yang kontinu kepada para petani oleh dinas yang terkait.
10.  Peningkatan kualitas dan kuantitas para penyuluh.
11.  Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menunjang Pertanian Indonesia.
12.  Adanya kebijakan mengenai ketepatan penggunaan lahan pertanian untuk mengurangi alih fungsi lahan.

Tema: Tantangan Pertanian Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas AFTA
1.      Mengefisienkan produk pertanian dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas.
2.      Mempermudah akses petani secara finansial, inputan (benih, sarana produksi, sarana infrstruktur), dan subsidi perdagangan sebagai langkah awal menuju perdagangan bebas AFTA.
3.      Perlu dukungan dari pemerintah berupa peningkatan anggaran pertanian.
4.      Memanfaatkan potensi pasar dalam negeri dan internasional dengan meningkatkan daya saing melalui preferensi dari konsumen.
5.      Meningkatkan rasa nasionalisme dengan menggalakan cinta produk Pertanian dalam negeri.
6.      Sinergisasi bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan serta bidang lain yang terkait dalam memajukan Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi. Kehidupan masyarakat tani sebagai orang desa yang bercocok tanam di daerah pedesaan selalu dicirikan sebagai petani sederluma, miskin modal, berlahan sempit, subsistem, serta kurang terdidik. Selain itu, secara historis kehidupan petani selalu diilustrasikan sebagai “manusia kalah” baik kalah karena ketergantungannya pada alam maupun kalah dalam proses terbentuknya lembaga serta sistem kekuasaan dan politik yang ada di dalamnya, Eric R wolf.
A. Pendahuluan
Pertanian adalah hal yang substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara. Adalah wajar apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang membangun selalu meletakkan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas utama dalam pembangunan selama lima PELITA terakhir. Titik kulminasi pembangunan pertanian dalam hal ini pertanian tanaman pangan terjadi pada tahun 1984, yaitu saat Indonesia yang sebelumnya mendapat predikat sebagai negara pengimpor beras terbesar ini dapat mencapai swasembada beras dengan program “Bimas”-nya. Memang hasil yang spektakuler, akan tetapi banyak pertanyaan yang muncul. Apakah metode pertanian yang diterapkan dalam pencapaian swasembada beras (Revolusi Hijau) tersebut masih tepat sebagai jawaban dalam pemenuhan kebutuhan pangan?
Sementara, akibat yang ditimbulkan sangat merugikan dalam hal, antara lain: menurunnya produktivitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia anorganik secara berlebihan yang memang berfungsi sebagai suplemen untuk bibit unggul agar mendapatkan hasil yang maksimal, rusaknya keseimbangan ekosistem akibat penggunaan pestisida yang tanpa disadari juga mengakibatkan matinya spesies lain selain hama dan penyakit tanaman. Dengan tidak disadari pula, bahwasanya untuk memenuhi kebutuhan akan pupuk dan pestisida anorganik memerlukan biaya yang relatif mahal. Apalagi setelah subsidi terhadap pupuk ditarik oleh pemerintah yang berimplikasi pada semakin tingginya biaya produksi dalam usaha tani.

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi. Dunia usaha pertanian saat ini dihadapkan pada dilema, apakah akan tetap mempertahankan pola pengelolaannya seperti saat ini dengan menggunakan lebih banyak input luar (obat-obatan dan pupuk buatan), atau dengan menggunakan lebih banyak input dalam (kompos, pupuk kandang, dan obat-obatan alami). Dua pilihan ini sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan bila dipilih memiliki bobot pilihan yang imbang. Jika memilih dengan lebih banyak menggunakan input luar, dalam jangka pendek kebutuhan akan hasil-hasil pertanian akan dapat dipenuhi, akan tetapi dalam jangka panjang, akan mengalami penurunan yang drastis akibat kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Sebaliknya, jika pilihan jatuh pada penggunaan input dalam yang lebih banyak, maka dalam jangka pendek kebutuhan akan hasil-hasil pertanian tidak dapat dipenuhi. Akan tetapi, dalam jangka panjang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan akan hasilhasil pertanian secara berkesinambungan.
B. Sistem Pertanian Konvensional
Sistem pertanian tradisional, meskipun akrab lingkungan tetapi tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan laju pertambahan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang kemudian menggeser sistem tradisional menjadi sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Salah satu contoh di negara Indonesia adalah mampu berswasembada pangan (terutama beras) sejak tahun 1983 hingga 1997. Tetapi sistem pertanian konvensional tidak terlepas dari risiko dampak negatif. Meningkatnya kebutuhan pangan seiring laju pertambahan penduduk, menuntut peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian seperti pupuk dan pestisida.
Schaller (1993) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut:
- Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian dan sedimen.
- Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan.
- Pengaruh negatif aditif senyawa kimia pertanian tersebut pada mutu dan kesehatan makanan.
- Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
- Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya.
- Peningkatan daya ketahanan organisme pengganggu terhadap pestisida.
- Penurunan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik.
- Ketergantungan yang makin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbarui (nonrenewable natural resources).
- Munculnya risiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.
C. Sistem Pertanian Organik
Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan produksi dengan memerhatikan kemampuan alami dari tanah, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan. Menurut IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah sebagai berikut:
- Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup.
- Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.
- Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan.
- Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
- Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbarui yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri.
- Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik di dalam maupun di luar usaha tani.
- Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilakunya yang hakiki.
- Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian.
- Mempertahankan keanekaragaman hayati termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan.
- Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.
- Mempertimbangkan dampak yang Iebih luas dari kegiatan usaha tani terhadap kondisi fisik dan sosial.
D. Bioteknologi Pertanian
Teknologi rekayasa genetika merupakan salah satu alternatif solusi yang dibutuhkan, karena pemuliaan tanaman setelah keberhasilan revolusi hijau dalam memberikan varietas tanaman dengan hasil panen yang signifikan berlipat. Bioteknologi telah ma mpu memodifikasi genetika sehingga dihasilkan tanaman tahan hama. Salah satu contoh adalah tanaman tahan hama serangga lepidoptera. Hama serangga merupakan salah satu penyebab kerugian yang bernilai ekonomis dalam bidang pertanian. Tanaman tahan hama menawarkan manfaat bagi para petani, masyarakat umum, dan lingkungan, antara lain sebagai berikut:
- Pengontrolan hama serangga yang lebih dapat diandalkan, lebih hemat biaya, dan tenaga kerja.
- Meningkatkan pengontrolan hama lepidoptera tanpa membahayakan spesies nontarget, termasuk serangga berguna.
- Mengurangi penggunaan insektisida secara kimia dengan tetap mempertahankan hasil panen.
- Mengurangi ketergantungan petani pada pestisida.
- Mereduksi mikotoksin yang dihasilkan oleh jamur yang timbul pada luka tanaman yang dihasilkan serangga.
Banyak ahli dan petani yang optimis bahwa prospek penggunaan bioteknologi pertanian dapat digunakan untuk meningkatkan hasil/ panen dannilaigiziproduk-produk dari tanaman pangansambil mengurangi penggunaan pestisida kimiawi. Biotenologi dapat meningkatkan tanaman pangan melalui penambahan satu atau beberapa gen untuk membuat agar tanaman tersebut lebih toleran terhadap stres dan lebih resisten terhadap hama dan penyakit. Ada banyak isu yang terkait dengan transfer bioteknologi di negara-negara sedang berkembang. Masalah yang dikhawatirkan timbul antara lain sebagai berikut:
- Pengurangan keanekaragaman karena paksaan atau dorongan untuk menggunakan satu atau beberapa varietas tanaman sehingga dapat memicu serangan hama atau stres baru yang tidak diperkirakan sebelumnya.
- Penguasaan atau konsentrasi perusahaan biji hanya pada perusahaan tertentu, sehingga dapat mengendalikan pasar.
- Kurangnya fasilitas dan pengetahuan untuk menguji kelayakan tanaman khususnya di daerah tropika dengan jenis hama yang bervariasi.
- Masalah paten, rahasia perusahaan yang dimiliki oleh perorangan atau perusahaan atau institusi tertentu sehingga tidak semua orang dapat menggunakan produk-produk paten tanpa izin atau tanpa membayar royalti.
- Kurangnya pengetahuan tentang proses dan pengujian yang teliti untuk mencegah munculnya atau tersebarnya alergan.
- Kurangnya pengetahuan akan perkembangan resistensi hama terhadap bahan kimia tertentu yang digunakan untuk memberantasnya. Diperkirakan bahwa hama yang pada mulanya sensitif terhadap toksin, kemungkinan akan mengembangkan ciri barn yang membuatnya resisten terhadap toksin.
- Tantangan dari berbagai pihak yang tidak menyetujui dengan upaya-upaya manipulasi alam dan gangguan terhadap alam.
E. Pemberdayaan dan Kewirausahaan Petani Kecil
Bertolak dari keadaan yang telah dikemukakan, untuk mengantarkan petani agar berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dalam ekonomi global diperlukan adanya pemberdayaan (empowerment) dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship). Dalam hubungannya dengan pemberdayaan, Friedman (1992 dalam Molo, 1999) mengatakan bahwa rumah tangga mem iliki tiga macam kekuatan: sosial, politik, dan psikologis. Kekuatan sosial menyangkut akses terhadap dasar-dasar produksi, termasuk informasi, pengetahuan, dan keterampilan, partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-sumber keuangan. Jika ekonomi rumah tangga meningkatkan aksesnya pada dasar-dasar produksi, boleh diharapkan kemampuannya dalam menentukan tujuannya juga meningkat. Kekua tan psikologis direfleksikan dalam rasa memiliki potensi individu. Dalam hubungan ini peningkatan kemandirian dapat dicapai melalui pemherdayaan yang bersifat partisipatif. Artinya, untuk mencapai perubahan diperlukan partisipasi keluarga petani tanpa mengurangi esensi inisiatif program-program di atas.

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi

Pertanian Indonesia dalam Dunia Globalisasi. Pemberdayaan petani sudah barang tentu harus dilakukan secara bertahap. Pemberdayaan dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi munculnya jiwa kewirausahaan di antara para petani kecil. Menurut Schumpeter (dalam Molo, 1999) wirausahawan adalah penggerak utama pembangunan ekonomi, yang berfungsi untuk melakukan inovasi atau merancang kombinasi-kombinasi baru. Dengan keyakinan tersebut kita dapat berharap bahwa dengan merekayasa kewirausahaan di kalangan petani, mereka akan menjadi penggerak, dan bukan penerima pasif terhadap ide-ide pembangunan pertanian.
Meredith et al., (dalam Molo, 1999) mengemukakan enam ciri dan sifat wirausaha, yaitu (1) percaya diri (mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas yang optimis), (2) berorientasi pada tugas dan hasil (kebutuhan berprestasi, berorientasi untuk memperoleh laba, tekun dan tabah, memiliki tekad untuk bekerja keras, mempunyai motivasi kuat, energik, dan berinisiatit), (3) pengambil risiko (kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan), (4) kepemimpinan (bertingkah laku seperti pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain), (5) keorisinilan (inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber daya, serba bisa, berpengetahuan luas), dan (6) berorientasi ke masa depan (pandangan ke depan, perspektif). Sebagai usahawan para petani juga diberi kesempatan untuk menghadapi berbagai risiko, termasuk di antaranya: risiko finansial (pendapatan dan modal) dan risiko moril.
F. Penutup
Alam itu sangat kompleks, kerjanya tidak bisa diatur. Beberapa inovasi tampaknya untung dan logis, namun dalam banyak hal kita belum tahu. Dengan Revolusi Hijau memang ada beberapa peningkatan, seperti bibit, pupuk, dan mesin, tetapi bila dalam aplikasinya kurang bijaksana tentu akan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Usaha manusia untuk memperoleh bahan makanan yang berasal dari tanaman sebanyak mungkin dilakukan dengan berbagai usaha. Sayangnya, setiap tindakan yang dilakukan manusia tidak selalu baik akibatnya, baik secara ekonomi, ekologi, maupun sosial. Bioteknologi pada pertanian dikembangkan sebagai cara untuk memperbaiki kualitas tanaman dengan modifikasi gen. Mendasarkan anggapan, manusia diciptakan oleh Allah memiliki tugas panggilan dan tanggung jawab untuk memelihara planet bumi ini dengan segala isinya. Konsekuensi atas pilihan di muka adalah akan merevisi atau mengubah paradigma lama tentang pengelolaan usaha pertanian yang selama ini berlaku dan menciptakan paradigma baru sesuai dengan prinsi-prinsip pengelolaan usaha pertanian. Ilmu dan teknologi yang dikembangkan dan dipelajari, isi kurikulum berikut silabusnya, dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dunia pendidikan pertanian harus bertumpu dan dibangun berdasarkan paradigma baru, yaitu usaha pertanian sebagai tugas panggilan Allah kepada manusia yang harus dipertanggungjawabkan.

Pengertian Dasar Pertanian Organik

Pakar pertanian Barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan “hukum pengembalian (low of return)” yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjut-nya bertujuan memberi makanan pada tanaman.
Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembanizkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von Uexkul 1 (1984) memberikan istilah -membangun kesuburan tanah-. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur-ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang, sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Saturday, 8 October 2011

LS-MATA (UNILA)

ls-mata merupakan organisasi yang berada di universitas lampung jurusan pertanian .di blog ini kami akan membahas semua kegiatan yang dilakukan oleh ls-mata .untuk para teman-teman dimana saja boleh memberikan komentar terhadap apa yang akan diberitakan .