Sunday 4 December 2011

Pengendalian Tikus Sawah Dengan Sistem Bubu Perangkap

Tikus merupakan hama utama pada tanaman padi. Akibat serangan hama tikus ini sangat merugikan bagi petani.  Tikus menyerang padi pada semua stadia pertumbuhan padi mulai dari persemaian sampai padi menjelang panen.
Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus).

Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB) Pada Padi

Jika anda menemukan tanaman padi yang muda pada saat fase awal pertumbuhan tiba-tiba layu dan akhirnya mati.  Begitu juga jika anda menemukan tanaman padi yang telah dewasa tepi daunya berwarna keabu-abuan dan akhirnya mengering.  Kemungkinan besar tanaman padi anda   terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB).
Tanaman padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada fase awal pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya mati.  Gejala inilah yang biasanya oleh petani disebut dengan penyakit kresek. Sedangkan pada tanaman dewasa serangan mulai dari tepi daun berwarna keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga tanaman tidak dapat berfotosintesisi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.  Apabila serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun bakteri ini dapat menyebabkan kerugian  yang sangat besar dengan mengurangi hasil sampai 50-70% akibat pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa meningkat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae.  Bakteri patogen ini biasa disebut juga dengan patogen Xoo.  Di masyarakat secara umum penyakit hawar daun bakteri ini disebut juga sebagai  penyakit kresek.  Mungkin tanaman yang terserang penyakit hawar daun bakteri ini bunyinya kresek-kresek pada saat tertiup angin, sehingga untuk memudahkan akhirnya disebut sebagai penyakit kresek.
Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai tanaman padi menjelang panen.  Infeksi dimulai dari bagian daun melalui  luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun  dan pertumbuhan tanaman terhambat.
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada saat musim hujan.  Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.

Panduan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi (PHSL dan PuPS)

Seringkali para petani padi memupuk tanamanya menggunakan perhitungan secara turun temurun, pada beberapa petani bahkan asal memberi pupuk saja tidak tahu berapa jumlah dan jenis pupuk apa saja yang  seharusnya diberikan.  Kebiasaan yang kurang tepat ini menyebabkan tanaman tidak mampu berproduksi secara maksimal sesuai potensinya.
Walaupun di beberapa daerah sudah mempunyai rekomendasi pemupukan padi sawah, namun rekomendasi pemupukan ini juga masih banyak yang belum mengetahuinya secara jelas.  Selain itu rekomendasi pemupukan ini juga masih bersifat umum, belum memperhatikan kondisi setempat secara detil seperti varietas apa yang ditanam, bagaimana teknik budidaya yang dilakukan maupun  kisaran hasil yang diharapkan.  Kondisi ini memerlukan suatu panduan  yang dapat memberikan  rekomendasi pemupukan padi sawah yang bisa diakses dengan mudah, bersifat praksis, mudah diaplikasikan  serta murah.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,  Kementrian Pertanian  RI bekerjasama dengan Internasional Rice Research Institute (IRRI) telah merilis panduan pemupukan padi sawah spesifik lokasi ini dengan nama Pemupukan Hara Padi Sawah Spesifik Lokasi (PHSL) atau disebut juga dengan Nutrien Manager for Rice (NM Rice).  Aplikasi piranti lunak telah dirilis cukup lama mulai Januari 2011, piranti ini disediakan untuk memudahlkan para petani, petugas teknis maupun penyuluh pertanian dalam menghitung kebutuhan pemupukan tanaman padi spesifik lokasi sehingga pemupukan dapat dialakukan secara tepat pada saat yang tepat.

Panduan Penggunaan Piranti Lunak Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi PuPS ver 1.1

Piranti lunak Pemupukan padi sawah spesifik lokasi PuPS ver 1.1 merupakan piranti lunak yang digunakan untuk membantu dalam menentukan rekomendasi takaran pupuk padi sawah di setiap lokasi. Piranti lunak PuPS 1.10 dapat menentukan rekomendasi takaran dan waktu aplikasi pupuk N, P, K untuk setiap persil lahan sawah petani. Rekomendasi pemupukan yang  dihasilkan tersebut  sudah mempertimbangkan masukan hara dalam bentuk bahan organik, anorganik  atau dari sumber lain
Piranti lunak PuPS  ini dikembangkan oleh tim peneliti dari International Rice Research Institute (IRRI) bersama dengan Tim Teknis Kelompok Kerja Pemupukan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan  Pertanian (Ballitbang) Kementerian Pertanian RI. Data diperoleh dari hasil-hasil penelitian pemupukan padi sawah yang saat ini sudah disebarluaskan dan sejalan dengan prinsip – prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang selama dikembangkan.
Penggunaan piranti lunak PuPS ini membantu para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bersama petani dalam menetapkan takaran dan waktu pemupukan padi di lahan sawah pada musim tanam yang akan dihadapi sesuai dengan kebutuhan hara dan pertumbuhan tanaman. Ketepatan saran rekomendasi pemupukan dengan piranti lunak ini sangat bergantung pada ketepatan informasi data yang dimasukan yang  diperoleh dari petani.

Pengendalian Ulat Buah Cabai Helicoverpa spp.

Ulat Buah Cabai Helicoverpa spp HSN ini dulunya dikenal dengan nama Ulat Buah Heliothis spp.  Ulat buah cabai ini biasanya akan menyerang cabai mulai cabai masih berwarna hijau hingga pada saat cabai masak.  Ulat menyerang cabai dengan cara mengebor dan masuk ke dalam buah cabai.  Akibat serangan ulat ini cabai menjadi rusak sehingga tidak bisa dijual ke pasar.
Ulat buah cabai Helicoverpa dapat dikendalikan dengan beberapa cara,  antara lain :
Secara Kultur Teknis, dengan cara menanam tanaman cabai pada lahan yang sebelumnya bukan ditanami dengan tanaman cabai atau tomat.
Secara Mekanis.  ulat buah dapat dikendalikan dengan cara mengumpulkan buah-buahan yang terserang ulat dan memusnahkanya dengan cara  menguburnya di dalam tanah atau di bakar.
Secara Sanitasi, dengan cara membersihkan gulma atau rerumputan di sekitar pertanaman.  Gulma atau rerumputan merupakan inang / tempat hidup bagi ulat, dengan pembersihan gulma / rerumputan berarti akan menekan populasi ulat.

Cara Praktis Membuat Telor Asin

Telur jika hanya dikonsumsi dalam keadaan segar saja tidak mampu disimpan dalam waktu  yang terlalu lama.  Telur menjadi rusak dan tidak dapat dikonsumsi jika disimpan terlalu lama.  Oleh karena itu telur perlu diperlakukan dengan baik agar awet dan daya simpanya dapat dipertahankan dalam waktu yang lebih lama.
Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknik penanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau, warna, dan isinya.
Secara umum prinsip pengawetan telur adalah untuk mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur yang dapat merusak telur dan mencegah keluarnya air dari dalam telur.
Pengawwetan telur secara utuh bersama dengan kulitnya (kerabang) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain proses pendinginan; proses pembungkusan kering;  proses pelapisan dengan minyak; proses pencelupan dalam berbagai cairan.

Peringatan Hari KORPRI ke- 40: KORPRI Diminta Lebih Profesional, Kompeten dan Berintegrasi Tinggi


Jakarta – Upacara peringatan Hari Ulang Tahun Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke 40 lingkup Kementerian Pertanian dilaksanakan di lapangan upacara kantor Kementerian Pertanian pada selasa (29/11).
Pada kesempatan ini, Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman Heriawan membacakan sambutan dari Presiden Republik Indonesia, DR. Susilo Bambang Yudhoyono  yang mengatakan KORPRI sebagai bagian utama dari jalannya roda pemerintahan dituntut untuk meningkatkan profesionalismenya, meningkatkan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat, dan abdi pemerintah yang lebih profesional, kompeten dan berintegrasi tinggi.

Saturday 12 November 2011

Pengumuman Hasil PKM yang didanai Dikti Tahun 2011

Ajang kreativitas mahasiswa yang diajukan pada tahun 2010 telah di review oleh dikti. Proposal-proposal yang telah diajukan oleh mahasiswa dari universitas di seluruh indonesia sudah diseleksi dan terdapat sedikitnya 5067 buah proposal dari PKM jenis PKMK, PKMP, PKMT, PKMM.
Dari kondisi yang saya alami dan saya rasakan, sangat senang rasanya setelah melihat hasil pengumuman tersebut. Karena nama saya dan judul dari kelompok saya ada dari daftar ribuan proposal tersebut. Lumayan. Proposal saya ada pada urutan nomor 1178.
akan tetapi, disamping itu saya juga turut merasakan keprihatinan dan kesedihan yang sangat mendalam dari "yang bisa dikatakan" musibah yang menimpa kelas saya. namun inilah hidup, kadang ada kalanya kita berjaya dan juga ada kalanya kita merasakan ujian yang terasa berat dari Allah ta'ala.
saya berharap bisa memotivasi diri saya sendiri dan semua teman-teman saya, terutama teman satu kelas saya yang sedang down untuk bisa mengambil hikmah yang sedang saya-kami alami ini. semoga masalah ini merupakan landasan yang dapat kami jadikan batu pijakan untuk melangkah ke atas dalam meraih impian. SEMANGAT!!!!!!!!

Wednesday 9 November 2011

Brasil Jajaki Kerjasama di Bidang Riset Pertanian

JAKARTA – Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono MMA menerima kunjungan Duta Besar Brasil untuk Indonesia, Paulo Alberto Da Silveira Soares untuk menjajaki beberapa kerjasama di bidang pertanian.Menurut Mentan, Brasil menginginkan kerjasama yang lebih intens di bidang peternakan dan tanaman pangan khususnya pengembangan riset untuk menghasilkan benih unggul pada tanaman kedelai dan tebu. ”Saya rasa, tawaran kerjasama ini sangat potensial mengingat Indonesia saat ini sedang gencar melaksanakan program swasembada kedelai dan gula. Apalagi Brasil selama ini sukses mengembangkan kedelai dan komoditas tebu untuk menghasilkan gas etanol,” kata Mentan. Berkaitan dengan keinginan Brasil untuk melakukan eksportasi daging sapi ke Indonesia, Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi No. 18/ 2009, importansi ternak hidup, daging dan produk turunannya hanya dapat dilakukan dari negara yang memiliki status bebas penyakit (country base status). ””Perlu ada follow up tentang status country base ini karena dapat menghambat kerjasama dengan negara – negara lain yang menganut zona base. Kalau perlu dilakukan revisi UU no 18 tahun 2009 agar bisa kembali ke zona base atau bahkan ke protection zone yang dimungkinkan oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE),” jelas Mentan.Kunjungan Duta Besar Brasil kali ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan Indonesia – Brasil sebelumnya. Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Brasil telah melaksanakan Sidang Komisi Bersama (SKB) sebanyak dua kali dan pada pertemuan SKB ke- 2 yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3-4 Oktober 2011 yang lalu, atas permintaan pihak Brasil telah dibentuk Working Group on Agriculture yang menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya tentang kesiapan Indonesia untuk melakukan penandatanganan MoU antara Kementerian Pertanian – EMBRAPA serta Technical Cooperation Project (TCP) di bidang kerjasama penelitian dan pertukaran material genetic kelapa sawit dan penelitian serta pertukaran ahli di bidang gula tebu.

Penerapan Inovasi Teknologi Tanaman Hias Secara Berkelanjutan Melalui PKAF

Budidaya tanaman hias telah berkembang secara intensif di berbagai daerah sejak dekade terakhir. Salah satu upaya untuk meningkatkan subsektor florikultura yaitu melalui perancangan program Pengembangan Kawasan Agribisnis Florikultura (PKAF) oleh Kementerian Pertanian. Program tesebut perlu didukung oleh penerapan inovasi secara berkelanjutan untuk membangun sistem produksi yang tangguh dalam rangka penyediaan produk bermutu florikultura sesuai kebutuhan pasar.
Tabanan-Bali merupakan salah satu daerah potensial bagi pengembangan agribisnis florikultura. Usaha budidaya florikultura telah dilakukan oleh petani dalam sekala kecil dengan menggunakan tanaman tropis, seperti Helliconia dan tanaman hias subtropis seperti krisan, mawar dan lily.

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan sumber nabati penting dalam memenuhi gizi masyarakat. Akhir-akhir ini hasil kacang hijau per satuan luas terus meningkat dari tahun ke tahun, namun belum dibarengi dengan teknologi budidaya dan benih yang memadai. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian mengeluarkan sistem budidaya melalui mendekatan  inovatif yang diberinama Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kacang Hijau untuk memandu para petani dalam melakukan budidaya kacang hijau.
Kacang hijau adalah sejenis tanaman palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.

NAD : Pasar Beras untuk Kesejahteraan Petani

Prof. (Riset) Dr. M. Husen Sawit, M.Sc  yang juga Ketua Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian menyarankan pembangunan pusat grosir penjualan beras dan produk turunannya kepada Pemerintah Aceh untuk dapat membantu peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani. Diharapkan, harga beras yang ditetapkan pedagang beras di Medan, tidak selalu merugikan petani Aceh. “Selain itu, untuk pemasaran beras kita harus memiliki rice milling yang modern dan skala besar agar nilai tambah beras dapat dinikmati masyarakat Aceh,” tambahnya.
Selama ini Aceh masih lemah dalam penguasaan pasar, sehingga peluang itu direbut pengusaha penggilingan padi di Medan. “Padahal, beras yang mereka produksi itu berasal dari luar Sumatera Utara, termasuk dari Aceh,” ujar Husen dalam acara seminar sehari yang diadakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nangro Aceh Darusalam (NAD), Rabu (2/11) silam. Prof. Husen menyarankan, pemerintah provinsi atau kabupaten agar meningkatkan penampungan dan pengelolaan hasil panen hingga ke skala industri, agar petani tidak memasarkan padinya sendiri-sendiri.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPTP Aceh Ir. T. Iskandar, MSi mengungkapkan bahwa produksi padi Aceh secara umum telah meningkat dari 4,2 ton/ha menjadi 4,4 ton/ha, sementara hasil pengkajian BPTP Aceh di sentra-sentra produksi padi sudah mencapai 8-9 ton/ha. Dengan demikian, Iskandar optimis peluang Aceh masih terbuka lebar untuk menggenjot produksi padi. Tahun 2011 Aceh ditargetkan produksi gabah 1,7 juta ton GKG, namun hasil angka ramalan III Badan Pusat Statistik telah melampaui target yaitu 1,8 juta ton GKG. Disebutkan peningkatan dan pencapaian produksi tersebut erat kaitannya dengan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi.
Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanain (BPTP) NAD

Pertanian Masa Depan di Lahan Rawa

Sebelas anggota dari Komisi IV DPR-RI yang  membidangi pertanian, perikanan dan kelautan, serta kehutanan berkunjung ke Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan (31/10/11). Begitu masuk ke ruang pamer di aula Balittra, mereka langsung ‘berebut’ buku dan brosur tentang teknologi lahan rawa yang dipajang di meja pamer. Usai memperoleh sejumlah literatur, rombongan serius mendengarkan penjelasan Dr. Haris Syahbuddin Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) mengenai produk yang telah dihasilkan Balittra sejak 50 tahun berdiri.
Sebut saja biotara, pupuk hayati khas rawa, yang mengandung bakteri pelarut fosfat dan pelarut kalium dapat meningkatkan efisiensi pemupukan di tanah rawa, yang hingga kini statusnya sedang diuji efektivitasnya melalui kerjasama dengan PT Pupuk Kaltim. Sementara biosure adalah pupuk hayati yang berfungsi ‘menjinakkan’ lapisan pirit yang telah teroksidasi dan menjadi penyebab kemasaman pada tanah rawa. Produk lain yang juga dipamerkan ialah teknologi pengusir tikus ‘ratel’ dan pestisida nabati asal kirinyu.

Teknologi Pembekuan Cepat Irisan dan Puree Buah Mangga Arumanis

Saat musim panen seperti sekarang ini, mangga Arumanis banyak kita temui di pasaran dengan harga yang relatif murah.  Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB Pascapanen) telah mengembangkan teknologi pembekuan yang merupakan salah satu alternatif preservasi buah mangga untuk mengatasi masalah ketersediaan buah mangga diluar musim panen, yang berlangsung selama sekitar 6 bulan. Irisan mangga segar yang dibekukan ini merupakan produk intermediate, yang selanjutnya dapat diolah lebih lanjut menjadi produk lain seperti puree, sari buah dan sebagainya.
Pada pembekuan cepat, laju penguapan panas berjalan sangat cepat dan suhu supercooling relatif rendah.  Dengan titik didih yang mencapai suhu -195,80C, nitrogen cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik jauh lebih singkat
Manfaat teknologi pembekuan ini adalah dapat menghasilkan karakteristik irisan beku dan puree mangga Arumanis yang terbaik setelah disimpan selama 6 bulan.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian

Saturday 5 November 2011

Tembakau , Antara Harapan dan Kepedihan

Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia.
Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia. Tembakau memang menopang kesejahteraan. Namun, sesungguhnya tembakau juga menjadi bagian kisah sedih bagi petani wilayah ini.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Nurtantiyo Wisnubrata, mengungkapkan, saat ini ada sekitar 47.500 keluarga di Temanggung yang menjadi petani tembakau. Jika satu keluarga rata-rata atas 5 orang, maka ada 237.500 jiwa yang bergantung pada tembakau, atau 33,5 persen dari total jumlah penduduk Temanggung sebanyak 708.109 jiwa (2010).

Beras Hitam Kurangi Radang

Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.
Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.

Beras hitam memang tak sepopuler beras biasa dan juga beras merah. Namun demikian, beras ini sudah mulai banyak digunakan sebagian orang. Tidak hanya karena kandungan serat nya baik untuk mereka yang tengah berdiet, tapi juga beberapa manfaat lainnya yang bisa langsung dirasakan.

Ini Dia, Susu Berbahan Jagung

Mahasiswa dan dosen pada Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo mengembangkan susu alternatif berbahan baku jagung.
Mahasiswa dan dosen pada Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo mengembangkan susu alternatif berbahan baku jagung.

Selain berpotensi sebagai obyek wirausaha mahasiswa, langkah ini sekaligus untuk menghapus citra negatif yang melekat pada mahasiswa di Indonesia bagian timur.

Menurut dosen pada Jurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo, Robert Tungadi, susu karya dirinya bersama mahasiswa itu merupakan susu alternatif bergizi tinggi.

Pemiskinan petani pangan semakin meluas

Pemiskinan petani pangan semakin meluas. Pendapatan rumah tangga petani saat ini ada yang hanya Rp 300.000 per bulan. Itu pun kalau panen padinya dalam kondisi bagus dan iklim bersahabat. Perlu kebijakan revolusioner untuk mencegah pemiskinan petani yang
Pemiskinan petani pangan semakin meluas. Pendapatan rumah tangga petani saat ini ada yang hanya Rp 300.000 per bulan. Itu pun kalau panen padinya dalam kondisi bagus dan iklim bersahabat. Perlu kebijakan revolusioner untuk mencegah pemiskinan petani yang semakin meluas.

Penelusuran Kompas di sejumlah sentra produksi padi di wilayah pantai utara Jawa dari Karawang, Jawa Barat, hingga Tegal, Jawa Tengah, sejak Minggu hingga Selasa (22/2/2011), menunjukkan, pemiskinan petani memang nyata terjadi.

Memetik Uang dari Investasi Pohon 'Jabon'

Pilihan investasi sektor kehutanan belum banyak dilirik oleh masyarakat luas. Termasuk investasi menanam pohon jabon. Padahal jika ditekuni, hasil investasi jabon ini tak kalah menggiurkan.
Pilihan investasi sektor kehutanan belum banyak dilirik oleh masyarakat luas. Termasuk investasi menanam pohon jabon. Padahal jika ditekuni, hasil investasi jabon ini tak kalah menggiurkan.

Istilah Jabon mulai familiar dikalangan masyarakat beberapa tahun terakhir. Kepopuleran jabon seakan menenggelamkan pohon sengon yang sebelumnya sudah banyak dikembangkan.

Jabon sering diplesetkan dengan istilah 'jati bonsor' (jabon) yaitu jenis pohon yang mirip jati dengan kemampuan tumbuh yang sangat cepat. Sehingga tak heran jenis pohon ini cocok sebagai pohon yang kayunya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kayu seperti plywood maupun industri pulp maupun kertas.

Dua Tantanganhadang pengembangan tanaman Biotek

Kementerian Pertanian (Kementan) menggarisbawahi setidaknya terdapat dua tantangan besar yang harus dicarikan solusinya oleh para pemangku kepentingan yang langsung terlibat dalam pengembangan tanaman biotek /rekayasa genetika atau Genetically modified or
Kementerian Pertanian (Kementan) menggarisbawahi setidaknya terdapat dua tantangan besar yang harus dicarikan solusinya oleh para pemangku kepentingan yang langsung terlibat dalam pengembangan tanaman biotek /rekayasa genetika atau Genetically modified organism (Gmo).

Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurhti mengatakan, pemerintah menyodorkan dua tantangan besar dalam pengembangan tanaman biotek di Tanah Air. Pertama, proses transformasi sistem pertanian tidak menggantungkan pada beberapa perusahaan atau beberapa negara. Menurutnya, saat ini adopsi teknologi yang diterapkan masih dalam skala kecil.

Padi Bervitamin A Segera Ditanam Di Indonesia

Masyarakat Indonesia akan diberikan pilihan baru dalam hal mengonsumsi beras. Nantinya, tidak hanya memenuhi unsur karbohidrat, varietas benih padi juga dapat disisipkan pro vitamin A.
Masyarakat Indonesia akan diberikan pilihan baru dalam hal mengonsumsi beras. Nantinya, tidak hanya memenuhi unsur karbohidrat, varietas benih padi juga dapat disisipkan pro vitamin A. Paling tidak jenis tanaman biotek (rekayasa genetika) atau Genetically modified organism (Gmo)> itu sudah dapat dikomersialisasi pada 2014-2015 mendatang.

Adapun varieties padi tanaman biotek itu bernama golden rice ditemukan oleh lembaga peneltian padi internasional (IRRI) di Los Banos, Philipina.

IMPOR BUAH DARI CINA MAKIN MENGGILA

Pada triwulan I-2011 ini, impor buah-buahan, terutama untuk jenis jeruk mandarin dan pir dari China, semakin merajalela.
Pada triwulan I-2011 ini, impor buah-buahan, terutama untuk jenis jeruk mandarin dan pir dari China, semakin merajalela. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor jeruk mandarin pada Januari-Maret 2011 senilai 85.352.866 dollar AS. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, nilai impor jeruk mandarin masih sebesar 68.103.952 dollar AS. Itu berarti impor jeruk mandarin triwulan I-2011 melonjak sekitar 25,32 persen dibandingkan dengan triwulan I-2010.

Kondisi yang sama terjadi pada impor buah pir. Bahkan, kenaikan nilai impor pir jauh lebih tinggi ketimbang jeruk mandarin. Masih merujuk data BPS, impor pir pada Januari-Maret 2011 senilai 30.392.987 dollar AS. Nilai ini melonjak 168,56 persen dibandingkan dengan Januari-Maret 2010 yang senilai 11.317.116 dollar AS.

Pertanian Masa Depan di Lahan Rawa

Sebelas anggota dari Komisi IV DPR-RI yang  membidangi pertanian, perikanan dan kelautan, serta kehutanan berkunjung ke Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalimantan Selatan (31/10/11). Begitu masuk ke ruang pamer di aula Balittra, mereka langsung ‘berebut’ buku dan brosur tentang teknologi lahan rawa yang dipajang di meja pamer. Usai memperoleh sejumlah literatur, rombongan serius mendengarkan penjelasan Dr. Haris Syahbuddin Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) mengenai produk yang telah dihasilkan Balittra sejak 50 tahun berdiri.
Sebut saja biotara, pupuk hayati khas rawa, yang mengandung bakteri pelarut fosfat dan pelarut kalium dapat meningkatkan efisiensi pemupukan di tanah rawa, yang hingga kini statusnya sedang diuji efektivitasnya melalui kerjasama dengan PT Pupuk Kaltim. Sementara biosure adalah pupuk hayati yang berfungsi ‘menjinakkan’ lapisan pirit yang telah teroksidasi dan menjadi penyebab kemasaman pada tanah rawa. Produk lain yang juga dipamerkan ialah teknologi pengusir tikus ‘ratel’ dan pestisida nabati asal kirinyu.
Anggota DPR-RI Viva Yoga Mauludi terlihat mengagumi varietas padi khas rawa seperti Margasari dan Siam Unus Mutiara.  Menurut Dr. Haryono, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang Pertanian) Kementerian Pertanian RI, padi khas rawa itu memiliki keunggulan yang tidak ditemui pada padi di lahan irigasi atau tadah hujan. “Biji-bijian yang ditanam di lahan rawa kaya zat besi dan selenium,” kata Haryono.  Karena itu masyarakat yang rutin mengkonsumsi padi rawa jarang yang mengalami defisiensi zat besi.
Wajah M. Romahurmuziy, ketua Komisi IV DPR-RI, terlihat serius mendengarkan Kepala Balittra, berbicara. Sesekali wakil rakyat itu menyela penjelasan Kepala Balittra untuk bertanya atau memberi saran. “Segera cari pihak swasta untuk memasarkan biotara dan biosure agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” kata Ketua Komisi IV DPR-RI.
Usai melihat produk  hasil penelitian, sebelas anggota DPR-RI lalu memperhatikan peta lahan rawa yang dibuat tim peneliti Balittra. Dari peta itu terlihat wilayah Kalimantan Selatan terdiri dari lahan rawa yang karakternya ternyata tidak tunggal. Ya, di Kalimantan Selatan terdapat lahan rawa pasang surut dan rawa lebak yang cocok untuk padi dengan karakter lahan yang berbeda-beda. Usai memperhatikan pemaparan tentang potensi lahan rawa, teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, dalam hal ini teknologi pertanian lahan rawa, serta upaya terobosan yang akan dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, seperti pola diseminasi pada cluster yang besar, minimal 500 ha, Ketua Komisi IV DPR-RI menyatakan “Bila lahan rawa ini dapat dibudidayakan padi, tentu kita tak usah repot-repot mencetak sawah baru di lahan kering yang malah berpotensi menimbulkan persoalan hukum,”.
Dukungan Komisi IV DPR-RI terhadap pertanian lahan rawa tentu membangkitkan gairah peneliti Balittra untuk terus berkarya. “Lahan rawa harus menjadi pertanian masa depan,” kata M. Jafar Hafsyah, anggota komisi IV. Untuk memenuhi harapan itu salah satunya Balittra sedang mengembangkan kalender tanam di lahan rawa di seluruh Bumi Kalimantan. Dengan kalender tanam petani maupun pemerintah terkait mudah menentukan musim tanam di tengah perubahan iklim belakangan ini. “Kita akan membagi musim tanam pada tahun normal, tahun kering, dan tahun basah,” kata Kepala Badan Litbang Pertanian

Thursday 3 November 2011

CARA MUDAH PERBANYAKAN SIRIH MERAH

Daun Sirih Merah yang merupakan perpaduan warna hijau dan merah, serta dihiasi garis-garis urat daun semu kelabu memiliki daya tarik tersendiri bagi para penggemar tanaman hias. Tanaman ini umumnya dikenal sebagai tanaman obat. Meski dapat diperbanyak dengan cara stek batang, ternyata terjadinya kegagalan dalam perbanyakan banyak dikeluhkan orang.  "tingkat keberhasilan dibanding kegagalannya dapat mencapai 1 : 5". Kata Supardi warga Mlati Sleman pada saat berkunjung ke Stan BPTP Yogyakarta di Pameran Potensi Daerah Sleman 2007. Kegagalan pada umumnya terjadi karena setelah dipotong stek langsung ditanam sehingga beberapa hari kemudian terjadi pembusukan batang dan lama kelamaan tanamanpun mati. Proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat jika kondisi tanah terlalu banyak mengandung air. Untuk menghindari kebusukan, stek yang telah dipotong perlu dibiarkan selama 2-3 hari agar getah yang terdapat dibekas luka potongan mengering, kemudian barulah ditanam. Cara lainnya adalah dengan merundukkan batang yang ada akarnya ke tanah kemudian ditimbun dengan tanah.  Setelah akar tumbuh banyak, stek dapat dipotong dan bekas luka ditetesi dengan lilin, sebaiknya tanaman dibiarkan dulu hingga 7-10 hari selanjutnya bisa dipindah ke pot lain.
Cara lain yang lebih mudah adalah menggunakan gelas plastik bekas air minum / aqua. Bagian dasar plastik dilubangi sebesar batang sirih merah, kemudian guntinglah bagian sisi gelas dari atas hingga ke dasar yang berlubang. Pilih bagian batang yang berakar dan masukkan ke dalam gelas plastik lewat belahan yang tergunting, selanjutnya belahan pada sisi gelas plastik direkat kembali menggunakan isolatif plastik bening. Nah, kini tinggal memasukkan tanah kedalam gelas plastik hingga akar tertutup dengan baik. Penyiraman dilakukan jangan terlalu basah, sekedar lembab saja sudah cukup, sehingga dapat dilakukan 2 - 3 hari sekali.  jika akar telah tumbuh banyak, akan tampak memutih dan bisa dilihat dari tepi dinding gelas plastik (biasanya sekitar 3 bulan), stek dapat dipotong . Dengan cara ini begitu stek dipotong dapat langsung dipindah ke pot lain, tetapi jangan lupa mengolesi bekas luka potongan dengan tetesan lilin untuk mencegah pembusukan .

PABRIK DAGING DI PEKARANGAN

Penyediaan pangan bergizi dalam kehidupan sehari-hari  identik dengan penyediaan protein hewani yang dapat diperoleh dari daging, telur dan susu. Namun penyediaannya secara rutin sering terkendala oleh tingkat harga yang relatif mahal. Beberapa tahun lalu sebelum merebaknya penyakit flu burung, memelihara ayam kampung sangat membantu suplai kebutuhan gizi maupun tambahan pendapatan keluarga, tetapi belakangan ini  minat memelihara ayam kampung dalam skala besar mulai menurun akibat kekhawatiran tertular flu burung.
                Salah satu komoditas yang mampu menghasilkan daging secara rutin adalah ternak kelinci, yang sejak tahun 1980 telah diperkenalkan dengan promosi yang cukup gencar sebagai sumber protein , bahkan pada suatu acara di Binagraha tahun 1983 daging kelinci menjadi salah satu menu hidangan yang dinikmati presiden Soeharto. Menurut bentuk tubuh dan berat tubuhnya ternak kelinci terbagi 3 tipe, yaitu tipe kecil, tipe sedang dan tipe besar. Kelinci lokal Indonesia tergolong tipe kecil. Ternak kelinci tipe sedang yang banyak dipelihara di Indonesia antara lain Vlaamse reus, California, Yamamoto. Jika ditinjau berdasarkan fungsinya ternak kelinci terbagi menjadi 2 golongan, yaitu kelinci hias (Rex, Rex pappilon, Angora) dan kelinci pedaging.
Jika ingin menghasilkan daging yang bisa dikonsumsi oleh keluarga secara rutin maka sebaik memelihara kelinci pedaging (vlaamse reus, california, yamamoto, New Zealand White dll), Mengapa ? karena kelinci jenis ini sudah dapat dikawinkan pertama kali pada umur 6 bulan, lama kebuntingannya hanya sekitar 30-33 hari, dapat dikonsumsi pada umur 4 bulan yang mampu mencapai berat hidup 2 kg atau setara dengan 1 – 1,1 kg daging siap konsumsi, yang cukup untuk dinikmati oleh satu keluarga beranggotakan 3 – 4 jiwa.

Monadenium

Sekilas tanaman hias ini memang mirip kaktus, tetapi sesungguhnya monadenium masih tergolong famili Euphorbiaceae yang habitat aslinya banyak ditemui di TanzaniaBeberapa jenis monadenium antara lain monadenium spectabilis (Lihat foto), monadenium guenthery, monadenium heteropadum, monadenium ellenbechii, monadenium schubeii, dan monadenium ritchiei. Meski masih tergolong jarang dan belum begitu dikenal oleh masyarakat tetapi monadenium spectabilis mulai muncul di beberapa stan pameran tanaman hias Yogyakarta.
Keterangan foto : monadenium spectabilis (Kanan atas), monadenium ellenbechii (kanan atas), monadenium schubeii (kanan bawah)

CARA MUDAH MENGATASI BUSUK BATANG PADA ADENIUM

Oleh : Rudy Harwono

Dari hari ke hari Adenium makin populer dan diminati penggemar tanaman hias. Ditinjau dari segi estetika keindahan adenium  tergolong sempurna,  tak hanya berbagai variasi bunganya yang bisa dinikmati, akar dan batangnya pun memiliki penampilan yang mempesona. Di habitat aslinya Adenium tumbuh di gurun pasir sehingga tanaman ini dikenal tahan kekeringan, melalui proses domestikasi penanaman dialihkan ke dalam pot meski masih menggunakan pasir sebagai media utama yang dikombinasikan dengan media arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1, dalam perkembangan selanjutnya pasir Malang mulai banyak digunakan karena lebih ringan dibanding pasir biasa dan cukup baik untuk pertumbuhan Adenium. Jadi tanaman ini memang menghendaki struktur tanah yang poros, sehingga jika disiram air terlalu banyak lama kelamaan akar dan batangnya akan melunak, kemudian membusuk dan menyebabkan kematian tanaman. Tak perlu panik kalau anda menemui kejadian seperti ini, cabutlah tanaman dengan hati-hati dari potnya, bersihkan akar dari tanah dengan menggunakan kuas, kemudian gantunglah tanaman ditempat yang teduh, biarkan hingga 7-10 hari hingga batang mulai mengeras kembali. Biasanya batang akan tampak mengisut. Selanjutnya siapkan media tanam baru yang kering, dan Adenium sudah dapat ditanam kembali, biarkan beberapa hari ditempat teduh tanpa disiram hingga cukup kuat untuk ditempatkan pada sinar matahari penuh. Penyiraman berikutnya dilakukan secukupnya saja, jika tanah masih terasa lembab sebaiknya tak perlu disiram.

PENYULUH PERTANIAN PERLU KUASAI CYBERTECH

Gaung kebangkitan penyuluhan pertanian di Indonesia telah dikumandangkan menteri pertanian pada tahun 2006 di Guci- Tegal Jawa Tengah. Pertemuan yang dihadiri 2000 orang penyuluh dan Kontaktani dari berbagai propinsi di indonesia ini sarat dengan acara-acara metodologis yang erat kaitannya dengan penyuluhan pertanian, bagaikan  nostalgia era swasembada pangan ditahun 80 an. Realisasi terhadap bangkitnya penyuluhan pertanian itu sendiri telah ditindaklanjuti dengan direkrut nya penyuluh pertanian swakarsa agar mampu memenuhi kebutuhan petani dibidang informasi yang berkaitan dengan budidaya maupun teknologi lainnya. Disisi lain, seiring dengan kemajuan zaman diseminasi teknologi pertanian telah dilakukan melalui berbagai media, antara lain melalui berbagai situs. Dengan kata lain apapun teknologi yang diperlukan kini cukup tersedia dan mudah diakses melalui internet, keuntungannya akses bisa dilakukan  kapan saja dan dari manapun tanpa kendala ruang dan waktu.Tetapi siapkah sumberdaya yang ada untuk memanfaatkan semua ini ? Hampir dipastikan bahwa ketidaksiapan itu akan mencapai angka persentase yang sangat tinggi. Meski sebagian orang berpendapat bahwa di setiap instansi lingkup pertanian terlebih dahulu perlu dilengkapi perangkat komputer dan sarana penghubung lainnya untuk akses internet, namun setidaknya keberadaan warnet telah cukup tersebar di banyak kabupaten, sehingga tak cukup alasan untuk tidak menguasai pengetahuan tentang dunia maya ini. Jika ditinjau dari faktor usia, beberapa penyuluh senior seolah pasrah terhadap perkembangan teknologi informasi yang dinilai merupakan teknologi yang sulit dipelajari, resikonya ketika menghadapi permasalahan yang ada kaitannya dengan teknologi pertanian mereka hanya mengandalkan pengalaman dan teori-teori lama bekal dari pendidikan formal, atau setidaknya dibutuhkan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencari teknologi yang dibutuhkan pada brosur atau jurnal. Sehingga ketika kebutuhan itu ditemukan sudah tak relevan lagi untuk diterapkan. Jadi kenapa tidak memilih yang lebih cepat ?? tinggal menekan tombol-tombol komputer informasi yang diperlukanpun datang lebih cepat, syaratnya jangan segan ataupun malu untuk belajar, meski harus banyak bertanya pada para yunior. Majulah penyuluh pertanian Indonesia ! (RH)

CARA MEMBUAT EMPING GARUT

Umbi tanaman garut (Marantha arundinacea) adalah sumber karbohidrat yang memiliki kandungan indeks glisemik rendah dibanding jenis umbi-umbian yang lain, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama untuk penderita diabetes atau penyakit kencing manis. Tanaman garut dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Indonesia, dapat tumbuh dengan baik pada lahan ternaungi sehingga gampang  dibudidayakan dan dipelihara. Budidaya secara intensif dapat menghasilkan rata-rata 21 ton umbi /ha. Harga umbi basah Rp.1.000 - Rp1.500/kg. agaknya cukup potensial untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Umbi garut cocok untuk pengembangan agribisnis pedesaan, biasanya digunakan oleh masyarakat tani untuk membuat emping, untuk menghasilkan 1 kg emping garut dibutuhkan umbi basah sebanyak 5 kg dengan  harga jual Rp.13.000 -15.000/kg emping. Limbah produksi emping masih dapat dimanfaatkan untuk membuat pati. Potensi umbi garut sebagai sumber karbohidrat dapat menghasilkan rendemen pati 15%-20%.


 Proses pembuatan emping garut
1.       Pilih umbi garut berdiameter 2-3 cm
2.       Kupas kulitnya dan dicuci
3.       Potong-potong setebal  + 1cm
4.       Rebus irisan garut dan tambahkan bumbu (1,5% garam dan 2%bawang putih)
5.       Setelah masak, angkat dan tiriskan
6.         Cetak dengan cara pipihkan di atas lembarab plastik (seperti pada pembuatan emping melinjo)
7.       Dikeringkan, setelah kering lakukan pengemasan


Berdasarkan Hasil pengkajian di Yogyakarta, setiap keluarga tani yang mengusahakan emping garut memiliki mampu mengelola 15-20 kg umbi basah per hari atau menghasilkan 3-4 kg (rendemen emping 20%). Artinya tiap keluarga tani tersebut bisa memperoleh hasil penjualan kotor Rp. 40.500,- hingga Rp.60.000 per hari produksi, sedangkan biaya  produksinya Rp. 10.000.  Bagi masyarakat tani, terutama tenaga kerja wanita, Hal ini dirasakanlebih menguntungkan dibanding bekerja di luar aktivitas pertanian yaitu sebagai tenaga buruh bangunan atau pekerjaan kasar lainnya yang hanya menghasilkan upah Rp 15.000 – Rp 20.000,- per hari.
Dari aspek pemasaran emping garut memiliki peluang cukup baik di pasar lokal maupun luar provinsi antara lain Solo, Surabaya, Jakarta bahkan sampai keluar jawa (Sulawesi dan Kalimantan). Jadi tunggu apa lagi ?

Hadapi Perubahan Iklim, Kementan Kembangkan Konsep ICEF

JAKARTA – Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Ir. Hari Priyono, MS mewakili Menteri Pertanian secara simbolis menerima Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Perpres RAN – GRK) dari Kepala Bapennas, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA di Jakarta, baru – baru ini. Peraturan Presiden tentang RAN- GRK mencakup penurunan emisi di 5 bidang utama antara lain yaitu pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dan transportasi, serta industri dan pengelolaan limbah. Diharapkan dengan terbitnya Perpres ini akan memberikan arah dan landasan bagi semua Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait langkah terpadu bersama masyarakat dan pelaku usaha dalam upaya penurunan emisi GRK. Perpres mengenai RAN - GRK yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 20 September 2011 ini menunjukan komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Indonesia sangat rentan terhadap naiknya permukaan air laut dan banjir, dengan pola cuaca yang tidak menentu tersebut tentu akan berdampak pada produksi pertanian dan perikanan yang menjadi penopang hidup masyarakat, sementra itu pada saat yang bersamaan, Indonesia menjadi kontributor emisi global gas rumah kaca yang cukup signifikan. Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA pada kesempatan terpisah mengatakan, bahwa sebagai respon terhadap isu perubahan iklim tersebut, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dengan menetapkan target penurunan emisi sebesar 26% dengan business as usual dan 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2020. Berkaitan dengan pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian, Mentan telah menyiapkan konsep ICEF (Indonesian Carbon Efficient Farming) atau Sistem Pertanian Efisien Karbon untuk menghadapinya. ICEF merupakan sistem pertanian yang memanfaatkan secara optimal (efisien) karbon yang dikandung bahan organik sisa tanaman dan limbah ternak sehingga dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan efisiensi energi serta penurunan emisi gas rumah kaca dan perbaikan lingkungan. ”Diharapkan, dengan penerapan ICEF maka masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk buatan, energi tak terbarukan dan emisi GRK serta pencemaran lingkungan dapat dikurangi,” kata Mentan.Sumber: Biro Umum dan Humas

Thursday 27 October 2011

Wapres : “….keseimbangan itu masih pas-pasan….”

GORONTALO - Kondisi pangan nasional masih cukup berimbang dengan jumlah penduduk, sehingga ketahanan pangan perlu dikuatkan lagi, mengingat jumlah penduduk Indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Keseimbangan yang masih pas-pasan itu diperlukan sebuah langkah sistematis untuk mengatasi kerawanan pangan yang masih saja menghantui masyarakat Indonesia.
Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 31 tahun 2011 yang dipusatkan di Desa Moutong, Kecamatan Tilong Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo dibuka Wakil Presiden RI, Budiono 21 Oktober 2011. Menurutnya, sebagai sebuah negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah, namun dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangannya membutuhkan teknologi tepat guna. Keyakinannya dengan memanfaatkan teknologi tepat guna bisa membuat SDA yang melimpah dapat bermanfaat secara optimal bagi ketahanan pangan Indonesia.
Lebih lanjut ditegaskan bahwa prioritas pemerintah saat ini menyediakan ketersediaan pangan secara aman bagi kepentingan nasional dan dunia. Indonesia harus aman di bidang pangan. Resikonya cukup besar jika Indonesia hanya puas dengan kondisi pangan seperti sekarang ini yang pas-pasan dan terus dihantui kerawanan pangan. Kedepan pengembangan ketersediaan pangan, terutama kebutuhan pokok tidak hanya diarahkan untuk swasembada, tetapi juga ke surplus produksi. Tidak mudah memang, untuk menciptakan ketersediaan pangan yang lestari, dibutuhkan kerja keras dan langkah sistematis yang terkoordinasi dengan bagus. Kuncinya bagimana menyebarkan teknologi dari hulu sampai hilir tersebut untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Suswono juga mengatakan bahwa HPS merupakan kegiatan rutin untuk memperkuat kerjasama dan koordinasi secara nasional dalam penyediaan ketahanan pangan di tanah air. “HPS merupakan momentum penting bahwa perwujudan ketahanan pangan menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa”, tegasnya. Perubahan iklim global dan krisis ekonomi menjadi ancaman tersendiri bagi ketahanan pangan di Indoensia dan dunia. Produksi pangan belum sepenuhnya menggunakan teknologi sehingga dibutuhkan teknologi yang adaptif terhadap perubahan iklim karena iklim tak mungkin dikendalikan, ujarnya.

Panen Padi Melimpah 30%, Berkat Tanam Inpari 4 dan Inpari 7

MADIUN - Untuk mendukung SL-PTT, BPTP Jatim menyelenggarakan demfarm dengan pendekatan PTT pada padi sawah di Desa Tiron, Kecamatan Madiun mampu berproduksi 10,20 ton/ha dengan menggunakan varietas Inpari 7, jauh lebih tinggi dari cara petani yang hanya sekitar 7,30 ton/ha dengan menggunakan varietas lain. Sebelum pelaksanaan demfarm, bahkan petani hanya panen 3-4 ton/ha dengan menggunakan varietas lain karena serangan hama Wereng Batang Coklat (WBC)
Bupati Madiun dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan adanya demfarm padi sawah menggunakan Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 7 melalui program SL-PTT Tanaman Pangan dapat meningkatkan produktivitas padi 30%, sehingga sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani. Beliau berharap VUB Inpari digunakan petani pada musim tanam selanjutnya dengan penerapan PTT.
Demfarm ini menerapkan komponen VUB Inpari 4 dan Inpari 7, serta display Varietas Unggul Baru  (VUB) Inpari 1, 5, 6, 10 dan 13. Cara tanam dengan jajar legowo 2 : 1, jumlah bibit 2 - 3 per lubang, pemupukan  berimbang berdasarkan BWD dan PUTS, serta pengendalian hama dan penyakit dengan prinsip PHT.
Guna menyebarluaskan hasil kegiatan demfarm padi sawah, dilaksanakan sebuah acara Temu Lapang dan Gelar Teknologi pada tanggal 11 Oktober 2011 di Desa Tiron, Kecamatan Madiun yang diselenggarakan kerjasama BPTP Jawa Timur dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun.
Dalam acara temu lapang dilakukan panen raya oleh Bupati Madiun, Kepala BPTP Jawa Timur dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, temu wicara, serta bantuan benih padi hibrida varietas Sembada B-168 yang disampaikan oleh Bupati Madiun dan benih padi inhibrida varietas unggul baru Inpari 13 yang disampaikan oleh Kepala BPTP Jawa Timur kepada ketua kelompok tani “Tiron Maju II”, Desa Tiron, Kecamatan Madiun.Temu Lapang dilengkapi dengan stand pameran dari BPTP Jawa Timur, PT Petrokimia Gresik dan 2 mitra usaha pertanian. Temu lapang juga dihadiri oleh Ketua DPRD Kab. Madiun, Asisten II Kabupaten Madiun, Kepala Dinas Perhubungan Kab Madiun, Kepala Dinas Dinas Koperasi & Perdagangan Kab. Madiun, Kepala Kantor Badan Ketahanan Pangan Kab. Madiun, Camat Madiun Kab. Madiun, Kepala UPT BPP se Kab. Madiun, Penyuluh, Mantri Tani, POPT se Kabupaten Madiun, Kepala Desa se Kec. Madiun, Ketua & Sekretaris Gapoktan Kecamatan se Kab. Madiun serta masyarakat tani Kecamatan Madiun.
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur

Cukupkah Pangan Untuk Bangsa Indonesia?

Demikian penggalan inti dari Pidato Wakil Presiden (Wapres) RI pada acara Pembukaan Hari Pangan Sedunia (HPS)  tanggal 20 Oktober 2011 di Kabupaten Bone Bolango, provinsi Gorontalo. Kunjungan Wapres pada acara HPS tersebut disertai Menteri Pertanian, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan 21 negara sahabat, serta sejumlah Gubernur di Indonesia. Saat ini penduduk dunia mencapai hampir 7 milyar orang dan tahun 2050 diperkirakan mencapai 9,5 milyar orang. Kita belum aman dalam hal penyediaan pangan, ke depan kerawanan pangan akan terus menghantui kita.
Wapres mengatakan untuk mengatasi kerawanan pangan diperlukan pemanfaatan teknologi yang tepat dan pengelolaan sumberdaya yang baik untuk menghasilkan pangan yang cukup bagi bangsa Indonesia.
Pada Acara HPS tersebut Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi yang dikelompokkan pada empat cluster yaitu 1. Cluster Rumah Pangan Lestari (RPL), 2. Cluster Pangan Fungsional, 3. Cluster Swasembada Pangan, dan 4. Cluster Tanaman Obat dan Aromatik.
Dalam kunjungan Wapres ke lahan Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, beliau sangat tertarik dengan penampilan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka yang ada di hamparan RPL. Selain itu, Wapres berkesempatan mendengarkan penjelasan tentang kemajuan penelitian kedelai, padi dan jagung. Pada kesempatan ini Wapres sempat memetik polong kedelai muda dan memakannya. Pada tanaman jagung, Wapres sempat memegang tanaman jagung yang memiliki tongkol dua dan berdiskusi dengan peneliti jagung.  Hal yang menarik dari acara HPS tersebut, Wapres sangat memperhatikan kemajuan riset di bidang pertanian dan bagaimana hasil riset tersebut segera disebarkan kepada petani serta sampai di lahan petani.
Sumber : Pusat Penelitian Tanaman Pangan

Rumah Pangan Lestari menjadi Primadona di HPS Gorontalo

Model Rumah Pangan Lestari (RPL) di tengah hamparan Gelar Teknologi pada puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Bone Bolango, Gorontalo, 18-22 Oktober 2011 merupakan salah satu kegiatan yang menjadi primadona, sarat manfaat dan langsung mengena pada sasaran. Badan Litbang Pertanian menampilkan RPL di Gelar Teknologi HPS yang memiliki sub tema ‘Pemberdayaan Keluarga untuk Mengatasi Harga Pangan Menuju Ketahanan Pangan’.
Konsep Rumah Pangan Lestari tidak sekedar pemanfaatan pekarangan. Empat prinsip RPL adalah: kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumber pangan lokal, pelestarian sumber daya genetik pangan dan kebun bibit desa (KBD). Sinergi antar pendukung gelar teknologi telah mewujudkan contoh RPL yang mudah dipahami dan ditiru. Badan Litbang Kelautan dan Perikanan berkontribusi dengan teknik akuaponik. Menurut penelitinya teknik akuaponik mengintegrasikan teknologi pemeliharaan ikan sebagai basis pokok budidaya dimana air yang telah terpakai sebagai media penyubur pada penanaman sayuran karena air yang dialirkan mengandung pupuk NPK.
Pengunjung mendapat penjelasan dan peragaan tentang KBD, berbagai macam cara budidaya tanaman (bedengan, vertikultur, pot/polibag), budidaya ikan dalam kolam terpal, dan pemeliharaan unggas dan kambing dalam kandang, yang memudahkan peminat merancang penerapan RPL di mana saja kendati bangunan rumah dan kondisi halaman berbeda. Kebun bibit merupakan nyawa RPL, karena dari situlah distribusi benih/bibit berlangsung. Secara mudah, bibit diproduksi kemudian dikirim ke rumah-rumah.
Dalam kunjungannya ke Model RPL, Wapres beserta Ibu Herawati menyemai benih sayuran. Wapres menyatakan agar RPL ini bisa dikembangkan di mana-mana dengan benih yang kita produksi sendiri. Model RPL menjadi favorit kunjungan. Pengunjung berasal dari kalangan petani, penyuluh, pegawai Pemda, pelajar dari TK sampai SLTA, dan warga masyarakat. Pasca HPS, Model RPL selayaknya dilanjutkan sebagai percontohan dan lokasi tersebut menjadi objek agrowidyawisata.
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura

Dr. Haryono :”… diluar dugaan, INPARI 13 di Gunung Kidul mampu mencapai 10,5 ton.”

Dr. Haryono bersama-sama Sri Sultan HB ke X, Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Bupati Gunungkidul yang didampingi Kepala BPTP DIY melakukan panen perdana varietas benih unggul INPARI 13 di Dusun Gelaran, Desa Bejihardjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul (25/10).  Hamparan sawah yang ditanami INPARI 13 itu diperkenalkan kepada petani melalui Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) yang bersebelahan dengan kawasan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono dalam sambutannya menjelaskan kepada Gubernur DIY Sri Sultan HB X bahwa hamparan pertanaman padi varietas INPARI 13 tersebut merupakan varietas unggul baru hasil penelitian dari Badan Litbang Pertanian yang tahan terhadap serangan wereng coklat Biotipe I, 2 dan 3. Varietas baru yang berdasarkan perhitungan ubinan mampu menghasilkan 10,5 ton per ha itu, diperkenalkan melalui program MP3MI di kawasan Kabupaten Gunungkidul. Hamparan pertanaman tersebut bersebelahan dengan lokasi SL-PTT yang melibatkan petani yang memiliki sawah seluas 24 ha dan 1 ha Laboratorium Lapang. :”…. diluar dugaan, INPARI 13 di Gunungkidul mampu mencapai 10,5 ton, padahal berdasarklan deskripsi, potensi hasilnya hanya mampu 8  ton/ha “, tegasnya.
Dalam arahannya Gubernur DIY Sri Sultan HB X menegaskan bahwa para petani untuk bisa maju harus berkelompok, dan kalau sudah berkelompok bergabunglah menjadi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Setelah menjadi Gapoktan bentuklah koperasi, setelah terbentuk koperasi, nanti saya bantu modal pertamanya, tegasnya. Lebih lanjut disampaikan bahwa kalau sudah bergabung dalam koperasi, memudahkan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal baru, termasuk varietas baru INPARI 13 dan sistem budidaya yang baru seperti Jajar Legowo.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang mewakili Menteri Pertanian memberikan arahan bahwa, memang tidak salah bila Kabupaten Gunungkidul tidak pernah tergeser sebagai penghasil padi terbesar di wilayah DIY.”………. padahal wilayah Gunungkidul dikenal “batu bertanah”, apalagi bila wilayah Gunungkidul kondisinya “tanah berbatu”, barangkali bisa menjadi lumbung pangan tingkat nasional, kalau kekompakan petaninya bisa dijaga, dan siap menerima inovasi baru, tegasnya.
Saat ini sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul masih mengalami kekeringan, tetapi Desa Beji Harjo masih bisa panen bahkan tiga kali setahun berkat pengairan yang diperoleh dari Goa Pindol yang tidak pernah kering meski musim kemarau tiba.

Kementan – WFP Luncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

Gorontalo – Kementerian Pertanian bersama dengan Badan Pangan Dunia (The United Nations World Food Programme, WFP) meluncurkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan untuk 14 Provinsi paling rentan pangan di Indonesia. Peta tersebut merupakan tindak lanjut dari peta versi nasional yang telah dipublikasikan sebelumnya pada tahun 2010. Adapun 14 provinsi tersebut antara lain provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Maluku dan Nanggroe Aceh Darussalam.

“Peta ini dapat dijadikan referensi dalam pedoman bagi upaya penurunan kerawanan pangan sebagai tindak lanjut dari komitmen Indonesia dalam pencapaian Millennium Development Goals,” kata Menteri Pertanian, Dr.Ir. Suswono, MMA saat meluncurkan peta ketahanan dan kerawanan pangan tersebut di Auditorium BPIJ Gorontalo pada Kamis (20/10). 

Peta tersebut telah menganalisis dan mengklasifikasikan tingkat kerentanan pangan dengan menitikberatkan kepada aspek ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu. Selain itu, peta tersebut juga berfungsi sebagai alat penyedia pembanding berbentuk statistik yang berguna dalam penentuan sasaran geografis bagi pemerintah untuk mewujudkan situasi ketahanan pangan dan gizi dalam negeri. Diharapkan, peta tersebut bisa digunakan oleh berbagai lembaga, seperti Badan Ketahanan Pangan Provinsi, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika.

Sementara itu, Acting Country Director WFP, Peter Guest mengatakan bahwa perubahan iklim dan bencana alam yang sering terjadi serta kenaikan harga pangan menjadikan masalah kelaparan semakin sulit untuk diatasi. “Investasi dan upaya gigih dalam merampungkan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Propinsi ini merupakan bukti komitmen kuat pemerintah Republik Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi di 14 Provinsi tersebut,” demikian kata Peter Guest. 

Peta Kerentanan Pangan pertama Indonesia dikembangkan pada tahun 2005 oleh pemerintah Indonesia dan WFP, sedangkan edisi kedua diluncurkan langsung oleh Presiden Yudhoyono pada tahun 2010.

Sumber: Biro umum dan Humas

Friday 21 October 2011

Program Utama BPTP Lampung

 PSDS
Produksi dan Swasembada Daging Sapi (PSDS)
Ada 11 langkah pendekatan yang akan dilakukan dalam mencapai sasaran PSDS tahun 2014 yaitu : Pengembangan pembibitan, penyediaan bibit melalui KUPS, optimalisasi insemininasi buatan dan intensifikasi kawin alam, penyediaan dan pengembangan mutu pakan, pengembangan usaha, pengembangan integritas, penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan, peningkatan kualitas rumah potong hewan dan pencegahan pemotongan betina produktif, pengendalian sapi import bakalan dan daging serta pengendalian distribusi dan pemasaran. informasi lebih lanjut: Direktorat Jendral Peternakan dan Dinas Peternakan Provinsi



  SL-PTT
Sekolah Lapangan Pengolahan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai, dan kacang tanah.
Dalam upaya pengembangan PTT secara Nasional Kementerian Pertanian meluncurkan program sekolah Lapang (SL) PTT dengan tujuan mempercepat alih teknologi PTT dari peneliti kepada peserta dan difusi alamiah kepada petani disekitarnya. PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan.

Tujuan penerapan PTT padi, jagung, kedelai dan kacang tanah adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara terpadu.

Prinsif PTT mencangkup lima unsur yaitu: integrasi, interaksi, Sinergis, dinamis, dan partisipatif.

LOKASI SL-PTT BPTP LAMPUNG

1. KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
2. KABUPATEN LAMPUNG BARAT
3. KABUPATEN LAMPUNG UTARA
4. KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
5. KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
6. KABUPATEN PESAWARAN
7. KABUPATEN TANGGAMUS
8. KABUPATEN WAY KANAN
9. KABUPATEN TULANG BAWANG
10.KABUPATEN PRINGSEWU
11.KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
12.KABUPATEN MESUJI

 
 PUAP
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)


Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M. Untuk pelaksanaan PUAP di Departemen Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007.

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian/ Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri.
 

KERAGAAN PRODUKSI DAN PEMASARAN KAKAO DI LAMPUNG

KERAGAAN PRODUKSI DAN PEMASARAN KAKAO DI LAMPUNG

Slameto

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No.1 A. Rajabasa, Bandar Lampung

ABSTRAK

Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumberdaya alam, kondisi sosial budaya yang mendukung. Luas areal dan produksi kakao cenderung mengalami peningkatan, disisi lain produktivitasnya masih rendah. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan bentuk pemasaran kakao yang belum teridentifikasi merupakan permasalahan dalam usaha pengembangan kakao rakyat. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menganalisis kinerja kelembagaan pemasaran kakao rakyat di Lampung. Analisis produksi didekati melalui fungsi produksi Cobb Douglas, sedangkan kinerja pemasaran dianalisis dengan melihat struktur, perilaku dan keragaan pasar. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) pada sentra pengembangan komoditas kakao yang meliputi wilayah Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kabupaten Tanggamus. Sampel petani diambil secara acak sederhana (simple random) sebanyak 160 petani, sampel pedagang diambil secara sengaja (purposive) sebanyak 18 pedagang pengumpul tingkat desa, 8 pedagang pengumpul tingkat kecamatan, dan 3 pedagang besar. Hasil penelitian menunjukkan produksi kakao rakyat sangat dipengaruhi oleh input tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida, luas lahan, jumlah dan umur tanaman kakao, serta penggunaan klon unggul. Faktor produksi tersebut menunjukkan arah tanda positif. Kinerja pemasaran kakao rakyat di Lampung cenderung belum begitu baik, yang diindikasikan dari : (1) struktur pasar yang cenderung berada pada kondisi pasar oligopoli; (2) perilaku pasar yang terjadi kecenderungan transaksi pada pedagang yang sama, harga yang cenderung ditentukan oleh pedagang, belum dipatuhinya grading dan standardisasi produk ; (3) keragaan pasar yang belum baik dimana hubungan antara pasar lokal (petani) sebagai produsen dan pasar acuan (eksportir) yang cenderung kurang padu sehingga harga yang terjadi tidak ditransmisikan secara sempurna pada tingkat petani. Kebijakan dimasa mendatang bagi pengembangan kakao rakyat di Lampung sebaiknya diarahkan pada usaha intensifikasi dalam berproduksi, penggunaan klon unggul harus disosialisasikan, penggunaan input berupa pupuk kandang, pestisida dioptimalkan yang akan meningkatkan produktivitas. Pemerintah perlu memfasilitasi kebijakan informasi harga kepada petani kakao untuk mengatasi terjadinya senjang harga kakao. Perlu kebijakan regulasi standardisasi mutu produk kakao.

Kata kunci : produksi, pemasaran, kakao

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI TEKNOLOGI
BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

Kiswanto dan Bambang Wijayanto

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No.1 A. Rajabasa, Bandar Lampung

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Pulung Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui; (1) tingkat adopsi sistem tanam padi jajar legowo dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan (2) korelasi antara tingkat adopsi dengan tingkat pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 - Januari 2009. Jumlah sampel 60 petani dipilih secara random. Analisis data menggunakan fungsi peluang logistik dengan model logit dan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi sistem tanam padi jajar legowo dalam kategori sedang yaitu 68,33 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi peluang adopsi teknologi adalah; tingkat pendidikan petani, luas pemilikan lahan, motivasi petani, dan intensitas penyuluhan. Hambatan-hambatan yang dihadapi petani dalam mengadopsi budidaya padi sistem tanam jajar legowo diantaranya biaya tanam lebih mahal, kesulitan mencari tenaga kerja tanam dan belum dilibatkannya wanita tani dalam kegiatan penyuluhan

Kata kunci : adopsi teknologi, budidaya padi, jajar legowo.

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO PROGRAM PRIMA TANI LAMPUNG TIMUR

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI
USAHATANI KAKAO PROGRAM PRIMA TANI LAMPUNG TIMUR.

Nasriati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
 Jl. Hi. Z.A. Pagar Alam No.1 A. Rajabasa, Bandar Lampung

ABSTRAK

Program Prima Tani merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang diharapkan dapat mempercepat penyampaian informasi inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Sebagai salah satu wilayah pelaksana program Prima Tani, kabupaten Lampung Timur memiliki luas areal 433.789 ha, dan dari luas areal tersebut, sebagian besar dipergunakan untuk lahan usahatani dengan komoditas utama kelapa, dan kakao. Dari hasil survey ternyata penerapan teknologi dalam usahatani komoditas utama tersebut masih secara konvensional atau coba-coba sehingga produktivitas yang dihasilkan belum optimal. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengintroduksikan inovasi teknologi yang sesuai dan spesifik lokasi. Guna mengevaluasi penerapan teknologi tersebut dilakukan penelitian di Kecamatan Labuhan Ratu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi pada program Prima Tani dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi teknologi. Penelitian menggunakan data cross-section dengan mewawancarai sebanyak 30 petani anggota gapoktan Mutiara Prima yang telah dibina sejak tahun 2005, dan dipilih secara random sampling sederhana. Untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi teknologi pada program Prima Tani digunakan analisis tabel dengan pendekatan model teknik tertimbang dan dilanjutkan dengan uji parameter proporsi, sedangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi diestimasi dengan model regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap inovasi teknologi pada program Prima Tani cukup tinggi yaitu 56,67 %. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi teknologi pada program Prima Tani adalah: sikap petani, wawasan, dan intensits penyuluhan.

Itik PMp: Bibit Itik Pedaging Unggulan Lokal

Itik PMp merupakan bibit itik tipe pedaging baru yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Ternak di Ciawi-Bogor. Bibit itik ini secara genetis mengandung kombinasi darah itik Peking dan itik Mojosari putih, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dari tingkat bawah sampai atas dan dapat diproduksi lokal. Itik ini dapat digunakan untuk menghasilkan karkas ukuran sedang ataupun besar, sesuai permintaan konsumen, dengan kualitas daging itik yang tinggi. Adanya bibit itik yang baru ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan itik tipe petelur dalam penyediaan daging itik yang dapat berakibat pada terjadinya pengurasan sumberdaya genetik itik petelur. Selain itu, dalam upaya memenuhi kebutuhan daging itik, adanya itik PMp ini juga merupakan substitusi daging itik impor.
 
       Karakteristik produksi ITIK PMp :
               -  Warna bulu putih, sehingga warna kulit karkas juga bersih dan cerah
         - Bobot badan 2-2,5 kg pada umur 10 minggu
         - Jika dikawinkan dengan entog jantan dapat digunakan untuk menghasilkan itik serati dengan
           bobot  badan 3 kg atau lebih pada umur 10 minggu
             - Umur pertama bertelur 5,5 – 6 bulan
             - Rataan produksi telur 6 bulan 73 – 78 %

Menjadikan Florikultura Berdaya Saing Internasional

CIANJUR – “Tanaman florikultura memiliki potensi pasar yang sangat cerah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan keindahan lingkungan. Pengembangan komoditas florikultura diharapkan dapat menginisiasi tumbuhnya industri terkait di sentra produksi yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah setempat,” arahan Kepala Badan Litbang Pertanian yang dibacakan Sekretaris Badan Litbang Pertanian saat membuka Open House Varietas & Teknologi Balithi, Senin (17/10), di kantor Balithi Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
Pengembangan industri florikultura perlu diarahkan pada peningkatan daya saing agar mampu berkompetisi dengan produk serupa dari negara lain. Salah satu upaya peningkatan daya saing yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan.  Pengalaman dari berbagai negara maju menunjukkan bahwa penerapan teknologi inovatif terbukti mampu menciptakan produk unggulan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, menjaga kesinambungan pasokan dan meningkatkan efisiensi distribusi dan pemasaran.
Dalam lima tahun terakhir kegiatan riset tanaman hias telah menghasilkan inovasi unggulan  yang siap dikembangkan oleh para pengguna untuk mendukung pengembangan kegiatan agribisnis florikultura. Hasil penelitian tersebut berupa varietas unggul, benih bermutu, teknologi perbenihan, teknologi produksi, dan teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.  Pada saat ini berbagai varietas unggul tanaman hias akan diluncurkan sebelum dipasarkan sesuai ketentuan Undang-Undang No. 13 tahun 2010 tentang Hortikultura. Varietas tersebut diharapkan dapat menandingi varietas serupa dari negara lain, sehingga ke depan tidak perlu mengimpor lagi varietas dan benih dari luar negeri.
Acara bertemakan ‘Inovasi Teknologi Tanaman Hias Menuju Kemandirian Agribisnis Florikultura’ ini merupakan salah satu sarana untuk memperkenalkan varietas-varietas unggul baru serta teknologi inovatif kepada masyarakat dan pengguna. Selain itu, Open House Balithi ditujukan untuk menggali kerjasama kemitraan yang lebih luas dengan mitra swasta, petani, stake holder, dan instansi pemerintah terkait guna memacu pencapaian perakitan teknologi tanaman hias baru yang aplikatif dan adaptif pada masa mendatang.
Sebagai perwujudan dari kemitraan tersebut, pada kesempatan yang sama diadakan penandatanganan perjanjian kerjasama varietas dan perbenihan tanaman hias melalui lisensi dengan PT. Alam Indah Bumi Nusantara  untuk varietas krisan Puspita Nusantara serta pola kemitraan dengan PMD Batu untuk krisan varietas Swarna Kencana. Usaha lainnya untuk kerjasama di bidang pengembangan varietas dan teknologi inovasi tanaman hias dalam rangka peningkatan daya saing tanaman hias di dalam negeri.
Selain penandatanganan kerjasama, dalam kesempatan Open House ini juga diadakan peluncuran varietas unggul baru (VUB) anggrek, krisan, anyelir, serta mawar yang diharapkan dapat memicu kebangkitan agribisnis anggrek dan tanaman hias lainnya yang berdaya saing dan mandiri di masa depan.

Hata Rajasa : “Inovasi Adalah Kata Kunci Pemenangan Pasar”

Agribisnis perkebunan diprediksikan akan semakin menarik pada tahun-tahun mendatang. Beberapa produk perkebunan Indonesia seperti kakao, kelapa sawit, karet, kopi, rempah-rempah, dll. diakui memiliki keunggulan komparatif di pasar Internasional. Peluang ini harus ditangkap dengan sentuhan inovasi agar menjadi pemenang di pasar internasional yang masih terbuka cukup lebar.
Berbagai hasil penelitian berupa inovasi teknologi perkebunan karya anak bangsa digelar dalam acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan 2011 (ENIP 2011) baru-baru ini di Balai Kartini. ENIP 2011 yang dibuka Menko Perekonomian Hata Rajasa ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi perkebunan kepada masyarakat sekaligus untuk menjalin umpan balik pengguna teknologi perkebunan dan meningkatkan daya saing komoditas hasil perkebunan melalui penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan.
ENIP 2011 yang mengambil tema “Inovasi Mendukung Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor Perkebunan” diharapkan mampu meningkatan pemanfaatan inovasi hasil kegiatan litbang perkebunan, sehingga dapat berperan sebagai penggerak pembangunan sub sektor perkebunan menuju peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk perkebunan.
Menko Perekonomian menegaskan bahwa Inovasi disamping sebagai kata kunci pemenangan pasar, juga sekaligus mencirikan adanya daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk membangkitkan nilai tambah.
Dalam kegiatan ENIP 2011 yang baru lalu, disamping digelar pameran, diskusi panel dan dan seminar, juga dilakukan penandatanganan naskah kerjasama dan lisensi terhadap hasil penelitian dari beberapa komoditas perkebunan seperti pestisida nabati, jarak pagar, kenaf dan pelepasan varietas kelapa dalam. Disamping itu juga dilakukan pemberian bibit unggul kepada petani penangkar benih perkebunan dan pemberian penghargaan bagi para Gubernur, Bupati, peneliti, dan petani atas jasa-jasanya dalam mengembangkan komoditas perkebunan.