Thursday 3 November 2011

PABRIK DAGING DI PEKARANGAN

Penyediaan pangan bergizi dalam kehidupan sehari-hari  identik dengan penyediaan protein hewani yang dapat diperoleh dari daging, telur dan susu. Namun penyediaannya secara rutin sering terkendala oleh tingkat harga yang relatif mahal. Beberapa tahun lalu sebelum merebaknya penyakit flu burung, memelihara ayam kampung sangat membantu suplai kebutuhan gizi maupun tambahan pendapatan keluarga, tetapi belakangan ini  minat memelihara ayam kampung dalam skala besar mulai menurun akibat kekhawatiran tertular flu burung.
                Salah satu komoditas yang mampu menghasilkan daging secara rutin adalah ternak kelinci, yang sejak tahun 1980 telah diperkenalkan dengan promosi yang cukup gencar sebagai sumber protein , bahkan pada suatu acara di Binagraha tahun 1983 daging kelinci menjadi salah satu menu hidangan yang dinikmati presiden Soeharto. Menurut bentuk tubuh dan berat tubuhnya ternak kelinci terbagi 3 tipe, yaitu tipe kecil, tipe sedang dan tipe besar. Kelinci lokal Indonesia tergolong tipe kecil. Ternak kelinci tipe sedang yang banyak dipelihara di Indonesia antara lain Vlaamse reus, California, Yamamoto. Jika ditinjau berdasarkan fungsinya ternak kelinci terbagi menjadi 2 golongan, yaitu kelinci hias (Rex, Rex pappilon, Angora) dan kelinci pedaging.
Jika ingin menghasilkan daging yang bisa dikonsumsi oleh keluarga secara rutin maka sebaik memelihara kelinci pedaging (vlaamse reus, california, yamamoto, New Zealand White dll), Mengapa ? karena kelinci jenis ini sudah dapat dikawinkan pertama kali pada umur 6 bulan, lama kebuntingannya hanya sekitar 30-33 hari, dapat dikonsumsi pada umur 4 bulan yang mampu mencapai berat hidup 2 kg atau setara dengan 1 – 1,1 kg daging siap konsumsi, yang cukup untuk dinikmati oleh satu keluarga beranggotakan 3 – 4 jiwa.

No comments:

Post a Comment